Fast Blinking Hello Kitty Kembali Mati | Lembaran Baru

Kembali Mati

 

Semalam suntuk sajadah itu terlentang lurus, 

di atasnya ia duduk menangis; seluruh air matanya sudah cukup untuk menghapus rasa haus,

tiada hal lain yang bisa ia urus, selain hatinya yang tergerus,

atas sakitnya perpisahan seseorang yang ia anggap tulus.


Tiada hal lain yang lebih menyakitkan dibandingkan sebuah perpisahan,

tetapi tiada perpisahan yang lebih menyakitkan dibandingkan

memaksakan kehendak dua insan yang tahu akan tiadanya sebuah kejelasan.


Temaram hatinya yang baru kembali dibuka,

ternyata hanya menambah goresan luka lama.

Ada rasa, namun sadar tak bisa bersama.


Sejuta tanya muncul di benaknya, 

"untuk apa memulai, bila hanya berakhir kembali?",

"untuk apa mencoba, bila akhirnya hanya menuai luka?",

dan...

"untuk apa sempat berbagi bahagia, bila berakhir duka?"


Sejuta tanya muncul di benaknya,

jawaban pasti tetap tidak akan ia temui,

sebab, yang mengerti hanya sang pemilik hati.


Masih di atas sajadah itu,

Ia kembali berjanji dan memahami,

sebaik-baiknya dia yang dicinta adalah mereka yang tidak menyakiti, memberi janji, 

dan meninggalkannya kembali seorang diri.


Masih di atas sajadah itu,

termenung Ia membatu,

tidak akan lagi Ia terbuai oleh gemerlap rasa

dari seseorang yang mudah datang dan pergi begitu saja.


Masih di atas sajadah itu,

hati dan penuhnya rasa yang baru lahir kembali,

harus dipaksa layu dan kembali mati.






0 comments