Rumah Tanpa Pintu
Aku pernah membangun rumah tanpa pintu,
berharap tak ada yang bisa masuk,
tak ada pula yang bisa pergi.
Kupikir itu aman,
ternyata hanya membuatku terkurung sendiri.
Dindingnya kukapur dengan janji,
lantainya kubersihkan dengan sisa-sisa mimpi,
tapi udara di dalamnya
bau pengap dari semua yang tak berani kuhadapi.
Suatu hari,
aku menanam keberanian di tanah yang kaku,
menyiraminya dengan air mata yang kukira sia-sia.
Tumbuhlah gagang besi,
lalu perlahan membentuk sebuah pintu.
Dan ketika daun pintu itu kubuka,
angin masuk seperti tamu lama,
matahari tumpah dari atap yang retak,
dan aku melihat dunia
tanpa kaca pembesar dari rasa takutku.
Kini aku tahu,
menutup rapat bukan berarti aman,
dan membiarkan pergi bukan berarti kehilangan.
Kadang, satu-satunya cara tinggal di rumah yang hangat
adalah membiarkan pintunya terbuka,
untuk siapa pun
termasuk diriku sendiri
yang ingin pulang.
0 comments